Lima Penyakit Hati yang Paling Membinasakan
Hati memiliki kedudukan yang sangat agung dan mulia, karena ia merupakan pusat kehidupan seseorang sekaligus sumber penggerak bagi seluruh amal seorang manusia. Hati bukan sekadar segumpal daging di dalam dada, tetapi ia adalah tempat bersemayamnya iman, niat, keikhlasan, serta dorongan yang menentukan baik buruknya setiap perbuatan. Para ulama menyebut hati sebagai malikul a‘dha (rajanya anggota tubuh), sebab ia berperan sebagai pemimpin dan pengendali bagi seluruh anggota badan. Jika hati lurus dan sehat, maka semua anggota tubuh akan tunduk kepada kebaikan. Sebaliknya, jika hati rusak, maka seluruh amal anggota tubuh pun akan ikut rusak. Ini sebagaimana yang disabdakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
أَلَا وَإِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلُحَتْ صَلُحَ الجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ القَلْبُ
“Ketahuilah, di dalam tubuh itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka seluruh tubuhnya akan baik. Dan jika ia rusak, maka seluruh tubuhnya akan rusak. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati.” (HR. Bukhari no. 2051 dan Muslim no. 1599)
Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah berkata,
القلب ملك الأعضاء، والأعضاء جنوده. فإذا طاب الملك طابت جنوده، وإذا خبث خبثت جنوده
“Hati adalah raja bagi seluruh anggota tubuh, dan anggota tubuh adalah tentaranya. Apabila sang raja baik, maka tentaranya juga akan baik; dan apabila ia rusak, maka tentaranya pun akan rusak.” (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 210)
Dengan demikian, menjaga hati dari segala penyakit yang membinasakan dirinya adalah kewajiban bagi setiap hamba Allah. Di antara penyakit hati yang paling berbahaya menurut para ulama adalah syirik, bidah, syahwat, ghaflah (lalai), dan ghil (hasad).
Syirik, menyekutukan Allah
Syirik adalah penyakit hati paling berbahaya dan bahkan pelakunya diancam dengan kekal di dalam neraka. Definisi syirik itu sendiri adalah mempersekutukan Allah dalam ibadah, baik dengan menyembah kepada selain-Nya atau menjadikan makhluk sebagai tandingan bagi-Nya. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغۡفِرُ أَن يُشۡرَكَ بِهِۦ وَيَغۡفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُۚ وَمَن يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱفۡتَرَىٰٓ إِثۡمٗا عَظِيمٗا
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain syirik bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya. Barang siapa berbuat syirik kepada Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisa’: 48)
Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan,
وأعظم أنواع الظّلْم الشّرك، وهو جعل المخلوق ندّا للخالق
“Kezaliman yang paling besar adalah syirik, yaitu menjadikan makhluk sebagai tandingan bagi Sang Pencipta.” (Madarij As-Salikin, 1: 340)
Syirik akan menghancurkan keikhlasan (tauhid), menghancurkan amal, dan menjadikan hati bergantung kepada selain Allah Ta’ala. Oleh karena itu, ia disebut sebagai penyakit hati paling berbahaya di antara penyakit hati yang lainnya.
Bidah, perkara baru dalam agama
Bidah secara bahasa berarti membuat sesuatu yang baru. Adapun secara istilah, bidah adalah perbuatan mengada-adakan sesuatu yang baru dalam agama, sesuatu yang tidak ada tuntunannya dari Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asal usulnya, maka perkara tersebut tertolak.” (HR. Bukhari no. 20 dan Muslim no. 1718)
Asy-Syathibi rahimahullah berkata,
كلّ من أدْخل في الدّين ما ليس منه فقد بدّله
“Setiap orang yang memasukkan sesuatu ke dalam agama yang bukan darinya, maka sungguh ia telah mengubah agama itu.” (Al-I’tisham, 1: 37)
Penyakit hati ini (bidah) berbahaya karena biasanya pelakunya merasa benar dalam beribadah, padahal sebenarnya mereka menyelisihi sunah. Hal ini membuatnya sulit untuk kembali, karena ia merasa berada di jalan yang benar.
Syahwat terhadap keburukan
Kecenderungan jiwa terhadap hal-hal yang disenangi, tetapi jika tidak dibimbing dengan keimanan, ia menjadi penyakit hati yang berbahaya. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
أَفَرَءَيۡتَ مَنِ ٱتَّخَذَ إِلَٰهَهُۥ هَوَىٰهُ وَأَضَلَّهُ ٱللَّهُ عَلَىٰ عِلۡمٖ وَخَتَمَ عَلَىٰ سَمۡعِهِۦ وَقَلۡبِهِۦ وَجَعَلَ عَلَىٰ بَصَرِهِۦ غِشَٰوَةٗ فَمَن يَهۡدِيهِ مِنۢ بَعۡدِ ٱللَّهِۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, lalu Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya, menutup pendengaran dan hatinya, serta menutup penglihatannya? Maka siapakah yang dapat memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat)? Apakah kalian (wahai manusia) tidak mengambil pelajaran?” (QS. Al-Jatsiyah: 23)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
أَفْضَلُ الْجِهَادِ أَنْ يُجَاهَدَ الرَّجُلُ نَفْسَهَ وَ هَوَاهُ
“Jihad yang paling utama adalah saat seseorang berjihad (berjuang) melawan dirinya dan hawa nafsunya.” (HR. Ibnu Najjar dari Abu Dzarr, sahih)
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,
أعظم الجهاد جهاد النّفس والهوى
“Jihad yang paling agung adalah jihad melawan diri dan hawa nafsu.” (Zadul Ma’ad, 3: 10)
Ibrahim bin Adham rahimahullah juga mengatakan,
أشد الجهاد جهاد الهوى من منع نفسه هواها فقد استراح من الدنيا وبلائها وكان محفوظًا ومعافى من أذاها
“Jihad yang paling berat adalah jihad memerangi hawa nafsu. Barang siapa yang mencegah dirinya dari hawa nafsunya, maka sungguh dia bisa beristirahat dari kepayahan dunia dan bala tentaranya. Dia akan terjaga dan diselamatkan dari gangguannya.” (Al-Hilyah, 2: 484)
Ketika syahwat menguasai hati seseorang, ia akan menutup jalan seseorang dalam melakukan ketaatan kepada Rabbnya, menghalangi seseorang dari ilmu yang hak dan ibadah yang dituntunkan, serta menyeretnya kepada kesesatan dan dosa besar.
Ghaflah, lalai dari ketaatan kepada Allah
Ghaflah adalah penyakit hati yang juga sangat berbahaya, ia bisa membuat seseorang lalai dari mengingat Allah, sibuk dengan dunianya, dan lupa tujuan hidupnya. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
وَلَا تَكُونُوا۟ كَٱلَّذِينَ نَسُوا۟ ٱللَّهَ فَأَنسَىٰهُمۡ أَنفُسَهُمۡۚ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah sehingga Allah jadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik.” (QS. Al-Hasyr: 19)
Ibnul Jauzi rahimahullah berkata,
أكثر ما يفسد الإنسان غفلته ونسيه لمعاده
“Hal yang paling banyak merusak manusia adalah kelalaiannya dan lupanya terhadap hari akhirat.” (Shaidu al-Khatir, hal. 37)
Lalai membuat hati seorang hamba menjadi keras, ibadah menjadi tidak khusyuk, doa tidak terijabah, lebih memprioritaskan dunia dibandingkan akhirat, serta menjadikan hidup hampa meskipun dipenuhi kesenangan dunia.
Ghil, tidak suka dengan kebahagiaan orang lain
Salah satu penyakit hati yang juga perlu diwaspadai adalah ghil. Ghil atau hasad adalah merasa hatinya tidak senang dan iri terhadap nikmat yang Allah berikan kepada orang lain, bahkan ia berharap nikmat itu hilang dari orang tersebut. Penyakit ini membuat hati dipenuhi dengan kebencian, kedengkian, dan permusuhan tersembunyi terhadap sesama orang beriman. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا تَحَاسَدُوا، وَلَا تَنَاجَشُوا، وَلَا تَبَاغَضُوا، وَلَا تَدَابَرُوا، وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا
“Janganlah kalian saling hasad, jangan saling menipu, jangan saling membenci, dan jangan saling memutuskan hubungan. Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara.” (HR. Muslim no. 2564)
Ibnu Rajab rahimahullah berkata,
الحسد يأكل الحسنات كما تأكل النّار الحطب
“Hasad akan melahap kebaikan sebagaimana api melahap kayu bakar.” (Jami‘ul ‘Ulum wal Hikam, 2: 270)
Dampak yang sangat nyata dari penyakit hati ini (ghil) membuat hati menjadi sakit, selalu merasa gelisah, merusak ukhuwah sesama muslim, dan bahkan menimbulkan permusuhan di tengah kaum muslimin.
Inilah lima penyakit hati yang paling berbahaya dan menjadi ancaman terbesar terhadap keimanan seorang muslim. Syirik akan menghancurkan tauhid, bidah merusak kemurnian dan kesempurnaan agama, syahwat menghalangi jalan ketaatan, ghaflah membuat hati keras, dan ghil menghancurkan tali persaudaraan.
Semoga Allah ‘Azza wa Jalla, Dzat Yang Maha Mengetahui segala isi hati hamba-hamba-Nya, senantiasa melindungi kita dari berbagai penyakit hati yang berbahaya, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, membersihkan jiwa kita dari kotoran syirik, bidah, syahwat, lalai (ghaflah), dan hasad (ghil), serta menggantikannya dengan cahaya keimanan, keikhlasan, dan ketakwaan. Kita memohon kepada-Nya agar meneguhkan hati kita di atas agama-Nya yang lurus, menghidupkan jiwa kita dengan amal saleh, menjadikan lisan kita basah dengan zikir, dan menjaga langkah kita agar senantiasa berada di jalan kebenaran hingga akhir hayat. Dan semoga Allah ‘Azza wa Jalla mengumpulkan kita kelak di akhirat bersama para Nabi, shiddiqin, syuhada, dan orang-orang saleh, sebagaimana firman-Nya,
وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ فَأُوْلَٰٓئِكَ مَعَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمَ ٱللَّهُ عَلَيْهِم مِّنَ ٱلنَّبِيِّۦنَ وَٱلصِّدِّيقِينَ وَٱلشُّهَدَآءِ وَٱلصَّٰلِحِينَۚ وَحَسُنَ أُوْلَٰٓئِكَ رَفِيقًا
“Barang siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, maka mereka itu akan bersama orang-orang yang Allah anugerahi nikmat, yaitu para nabi, para shiddiqin, para syuhada, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah sebaik-baik teman.” (QS. An-Nisa’: 69)
Semoga bermanfaat, wallahu a’lam bisshawab.
Baca juga: Apakah Setiap Penyakit (Kerasnya) Hati Menunjukkan Tanda Kemunafikan?
***
Penulis: Chrisna Tri Hartadi
Artikel Muslim.or.id
Artikel asli: https://muslim.or.id/109697-lima-penyakit-hati-yang-paling-membinasakan.html